Sabtu, 14 Juni 2008












BAB I PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus menerus mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang dengan mudah berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini dipengaruhi oleh peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus sudah mengenal kesehatan keluarga dari sekarang agar masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan dan oleh sebab itu disini akan dibahas tentang konsep keperawatan keluarga dalam keperawatan di Indonesia. Agar masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah satu area spesalis dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target pelayanan. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan keluarga secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga. BAB II PEMBAHASAN
DEFINISI Banyak ahli mendefinisikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan social di masyarakat, akan tetapi dari berbagai macam definisi tersebut ada satu kesatuan yang dapat diambil kesimpulan. Berikut ini akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli. Duvall dan logan (1986) menguraikan definisi keluarga adalah “Sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta social dari tiap anggota keluarga. Bailon dan Magiaya (1978) mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinterakasi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-beda, tergantung kepada orientasi teoritis “Pendefinisi” yaitu dengan menggunakan menjelaskan penulis dari untuk menghubungkan keluarg.a missal para penulius mengikuti orientasi teoritis interaksionalis keluarga, memandang keluarga sebagai suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian, dengan demikian menekankan karakteristik transaksi dinamika. Para penulis yang mendukung suatu perspektif system-sistem social terbuka ukuran kell yang terdiri dari seperangkat bagian yang sangat tergantung sama lain dan dipengaruhi oleh struktur internal dan system-sistem yang ekstrem. Burgess dkk (1963) membuat definisi yang berorientasi pada traidisi yang digunakan sebagai referensi secara luas. 1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. 2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap mengganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka 3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran social keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari. 4. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri. Whall (1986) dalam analisa konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu dirawat dalam perawatan ia mendefinisikan keluarga sebagai “kelompok yang mengidentifikasikan diri” dengan anggotanya terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khususm, yang boleh jadi tidak diikatkan oleh hubungan darah atau hokum tapi yang berfungsi demikian macam sehingga menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga, mengingat siapakah individu-individu yang diidentifikasikan sebagai anggota keluarga. Mengingat siapakah individu-individu yang diidentifikasikan sebagai anggota keluarga merupakan sebuah komponen yang snagat penting dari definisi ini. Bozeit (1987) menyatakan definisi individu dengan merujuk keluarga sebagai “siapa yang disebut pasien itulah keluarga. Family Service America (1984) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif yaitu sebagai “dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman. Dalam menyatakan kedua gagasan sentra dari definisi definisi diatas, keluarga dalam naskah berikut ini menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Karena definisi ini bersifat luas, maka definisi ini mencakup beraneka macam hubungan formal di luar definisi-definisi tradisional. Definisi ini memasukkan juga keluarga besar yang hidup dalam satu atau dua rumah tangga, pasangan yang hidup bersama sebagai pasangan suami istri, keluarga keluarga tanpa anak, keluarga lesbian dan homo seks, keluarga-keluarga dengan orang tua tunggal. Definisi-definisi tambahan tentang keluarga berikut ini mengkonotasikan tipe-tipe keluarga secara umum yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman terhadap literature tentang keluarga. · Keluarga inti (konjugal) – keluarga yang menikah, sebagai orangtua, atau pemberinafkan; keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak mereka, anak kandung, anak adopsi atau keduanya. · Keluarga orientasi (keluarga asal) – unit keluarga yang didalamnya seseorang di lahirkan · Keluarga besar-keluarga inti dan orang orang yang berhubungan (oleh darah) yang paling pazlim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti. Berikut ini termasuk sanak keluarga – kakek/nenek, tante, paman dan sepupu. Disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah : 1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi 2. Anggota keluarga beiasanya hidup bersama atau jika terpisah merkea tetap memperhatikan satu sama lain 3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran social suami, istri, kakak dan adik, 4. Mempunyai tujuan : a. Menciptakan dan mempertahankan budaya b. Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan social anggota Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu system. Sebagai system keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi. Interelasi dan independensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan system yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya. Yaitu lingkungan (masyarakat) dan sebaliknya sub system dari lingkungan keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra system) Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-sosial spiritual. Jadi sangatlah tepat bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota keluarga yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat. Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta dalam meningkatkan derajat kesehatannya maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga yaitu : 1. Tipe Keluarga Tradisional, terdiri dari : a. Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang teridri dari suami, istri dan anak (Kandung/angkat) b. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang mempunyai hubungan darah misalnya kakek, nenek, paman dan bibi c. Keluarga dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri tanpa anak d. Single paret, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian e. Single edult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seseorang dewasa. f. Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri yang berusia lanjut. 2. Tipe keluarga non tradisional, terdiri dari : a. Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. b. Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga c. Homnoseksual yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga. Diindonesia dalam UU No 10 Tahun 1992 disebuytkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri dan anak. Dalam konteks pembangunan Indonesia bertujuan ingin menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera dalam UU No 10 Tahun 1992 disebut sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan dengan masyarakat. FUNGSI KELUARGA Friedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut : 1. Fungsi afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang mkerupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga slaing mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan didkembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam kelduarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberdasan dan hak setiap angota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antara anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidudpan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkat laku yang positif dari kedua orang tuanya. Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi. 2. Fungsi sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan social (Fiedmann 1986) Sosiali8sasi dimulai sejak manusia lhir. Keluarga merupakan tempat individu untu7k belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga. 3. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. 4. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluargta seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian. 5. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : 1. Mengenal masalah kesehatan 2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat 3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit 4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat 5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat DIMENSI DASAR STRUKTUR KELUARGA Menurut Friedmann struktur keluarga teridri atas 1. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) Bersifat terbuka dan jujur, (2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk A. Karakteristik pengirim : · Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat · Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas · Selalu meminta dan menerima umpan balik B. Karakteristik penerima : · Siap mendengarkan · Memberikan umpan balik · Melakukan validasi 2. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi social yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah ke mana atau malah berdiam diri dirumah 3. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan actual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kea rah positif. Ada beberapa macam tipe struktur keluatan. Legitimasi power Referent power Reward power Coercive power Affective power 4. Nilai-nilai keluarga Nilai merupakan suatu system sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. KELUARGA SEBAGAI UNIT PELAYANAN KEPERWATAN Keluarga penting sebagai unit pelayanan keperawata karena : 1. Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat dan dianggap mampu memecahkan masalah kesehatan yang terjadi dalam lingkungan keluarga 2. Keluarga merupakan unit yang dapat mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya 3. Masalah kesehatan dalam keluarga sangat berkaitan satu sama yang lainnya 4. Keluarga memiliki kekuatan yang menentukan dalam membentuk kesatuan keluarganya 5. Keluarga merupakan suatu unit yang dianggap mampu mengambil keputusan 6. Keluarga merupakan saluran yang efektif untuk penyuluhan kesehatan masyarakat. PERAN PERAWAT KELUARGA Dari 5 fungsi keluarga satu diantaranya adalah fungsi perawatan kesehatan dimana keluarga bersama perawat menyelesaikan masalah kesehatan Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perwat adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan denganc ara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatna keluargam diantaranya sebagai berikut : 1. Pendidik Perawat perlu memberikan pendididkan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan sebagai berikut : (a) keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan (b) bertanggung jawab terhadap masalah kesehaqtan keluarga. Dengan diberikan pendidikan kesehatan/penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya. 2. Koordinator Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi rumpang tindih. 3. Pelaksana Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawatan kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemontrasikan kepada kelurga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit 4. Pengawas kesehatan Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentangh kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini. 5. Konsultan Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga. 6. Kolaborasi Sebagai perawat dimonunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi juga dikeluarga dan komunitas pun dapat dilaksanakan. 7. Fasilitator Peran perrawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan di dalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan social budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik maka perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan, misalnya system rujukan dan dana sehat. 8. Penemu kasus Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case Finding) sehingga tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB). 9. Modifikasi lingkungan Perawat komunitas juga harus daoat mnemodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. ALASAN KELUARGA SEBAGAI SENTRAL PELAYANAN 1. Keluarga sebagai sumber kritis dalam pemberian pelayanan kesehatan 2. Disfungsi apapun (sakit, cedera atau perpisahan) berdampak terhadap satu atau lebih anggota keluarga atau keseluruhan keluarga 3. Hubungan yang kuat antar anggota keluarga dan status kesehatan setiap anggota keluarga, peran keluarga merupakan hal-hal penting pada saat menghadapi masalah anggota keluarga. 4. Penemuan kasus merupakan salah satu alas an pemberian pelayanan/asuhan keperawatan keluarga 5. Pemahaman yang jelas dari individu-individu dan fungsinya dalam konteks keluarga 6. Keluarga merupakan system pendukung yang vital untuk individu di dalam keluarga dengan mengkaji setiap sumber yang bersedia di dalam keluarga Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Sehat adalah dambaan semua orang dan oleh karena itu seseorang dapat melakukan hal apa saja untuk mendapatkan kesehatan. Dengan adanya kesehatan maka sesuatu yang ingin dicapai akan tercapai dengan mudah. Tingkat kesehatan seseorang berkaitan dengan tingkat kesehatan sebuah keluarga. Adapun alas an atau sebab keluarga menjadi penting bagi perawat keluarga. ALASAN KELUARGA PENTING BAGI PERAWAT 1. Keluarga sebagai sebuah system juga membutuhkan pelayanan kesehatan seperti halnya individu agar ia dapat memenuhi tugasnya dalam setiap fase perkembanganTingkat kesehatan individu berkaitan erat dnegant ingkat kesehatan keluarga begitu pun sebaliknya dan 2. tingkat kesehatan indivu berkaitan erat dengan tingkat kesehatan keluarga bergitupun sebaliknya. 3. Tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan system diatasnya. (Spradeley dan Alleden, 1997) Menurut Lewis dan kawan-kawan (1976), yang dimaksud dengan keluarga sehat adalah sebuah system yang secara maksimal dapat sukses dengan cirri-ciri strukturnya yang rumit merupakan organisasi yang sangat fleksibel, mampu dan toleran terhadap perubahan-perubahan internal dan merupakan subsistem yang benar-benar otonom. Sedangkan keluarga adalah suatu system social yang hidup yang merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling tergantung yang diorganiser dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini hubungan sehat, saklit dan kelurga saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi Sehat Sakit dan Keluarga Upaua keluarga terkait dengan promosi kesehatan Respons keluarga terhadap tanda gejala penyakit Mencari tempat pelayanan kesehatan Upaya rujukan dan mendapatkan pelayanan kesehatan Respon segera klien dan keluarga terhadap permasalahan kesehatan dan perawatan Adaptasi terhadap penyakit atau upaya penyembuhan Pratt (1976) menyatakan bahwa keluarga yang sehat adalah kelduarga yang energik dimana orang berkembang dalam matrik keluarga keluarga melalui kebebasan dan perubahan. Adapun beberapa karakteristik sebuah keluarga sehat adalah sebagai berikut. Keluarga berfungsi secara optimal ditandai dengan 1. Memperlihatkan kemampuan yang optimal secara konsisten dalam mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan 2. Mengekspresikan secara spontan terbuka dan jelas terhadap perasaan, keyakinan dan perbedaaan yang dimilikinya 3. Menghargai perasaan anggota keluarga lainnya 4. Mendorong otonomi anggota keluarganya 5. Mengharapkan anggota keluarganya untuk bertanggung jawa terhadap segala tindakan yang dilakukannya 6. Memperlihatkan sikap kebersamaan/kekeluargaandan terhadap anggota keluarga lainnya. 7. Anggota keluarga sering berinteraksi dalam berbagai situasi 8. Anggota keluarga meningkatkan hubungan yang lebih luas dengan organisasi atau kelompok di masyarakat 9. Anggota keluarga memiliki peran dalam mencari informasi, menentukan pilihan serta mengambil keputusan 10. Anggota keluarga menggunakan hubungan peran yang fleksibel, berbagai kekuatan, responsive terhadfap perubahan, mendukung perkembangan dan otonomi anggota lainnya serta mendukung 11. Keputusan yang berdampak positif bagi kesehatan anggota keluargany. Dalam keperawatan keluarga pemberian yan/askep dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota keluarga dalam situasi sehat atau sakit ada beberapa level dalam keperawatan keluarga. Adapun level-level dalam keperawatan keluarga LEVEL KEPERAWATAN DAN PREVENSI KELUARGA 1. Keluarga menjadi focus dan individu sebagai latar belakang 2. Keluarga dipandang sebagai interaksional system 3. Fokus intervensi dinamika internal keluarga. Hubungan dalam keluarga, struktur dan fungsi keluarga, hubungan sub system keluarga dengan lingkungan luas. Leavely dan kawan kawan (1965) mengembangkan sebuah kerangka kerja yang disebut sebagai tingkat pencegahan atau prevensi yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan tersebut mencakup seluruh spectrum kesehatan dan penyakit. Juga tujuan-tujuan yang sesuai untuk masing-masing tingkat Level Prevensi Keluarga 1. Prevensi primer : Promosi kesehatan dan proteksi spesifik untuk mempertahankan kesehatan seseorang bebas dari penyhakit dan cedera 2. Prevensi sekunder : Deteksi dini, diagnosis dan terapi menjadi akut 3. Prevensi tersier Tahap penyembuhan dan rehabilitasi, untuk meminimalkan kecacatan dan memaksimalkan fungsi tubuh SISTEM DAN FUNGSI PEMELIHARAAN KESEHATAN KELUARGA Kesehatan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, kesehatan dapat terjadi bila syarat-syarat yang dikatakan seseorang sehat ada pada seseorang, maka untuk menunjang kesehatan keluarga dikenal adanya system kesehatan keluarga System kesehatan keluarga berfokus pada lima aspek kehidupan keluarga yang menunjang kesehatan kularga : 1. Proses interaksi 2. Proses perkembangan 3. Proses koping 4. Proses integritas 5. Proses kesehatan Menurut : Anderson dan Tomlinson, 1992 adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Proses interaksi a. Hubungan keluarga b. Komunikasi keluarga c. Pengasuhan keluarga d. Ekspresi keintiman keluarga e. Dukungan social f. Pemecahan konflik g. Peran (instrumental dan ekspresif) h. Pemanfaatan waktu luang i. Konsep interaksi lainnya 2. Proses perkembangan a. Masa peralihan keluarga b. Penyelesaian tahapan tugas perkembangan keluarga c. Masalah perkembangan individu yang berdampak pada perkembangan keluarga d. Pengaruh keluarga terhadap kesehatan e. Konsep perkembangan lainnya 3. Proses koping a. Pemecahan masalah b. Pemanfaatan sumber daya keluarga c. Stressor dan percekcokan keluarga d. Strategi dan efektifitas koping e. Pengalaman masa lalu dalam mengatasi krisis f. Sumber pertahanan keluarga g. Konsep koping lainnya 4. Proses integritas a. Nilai keluarga b. Kepercayaan keluarga c. Arti keluarga d. Identitas keluarga e. Ibadah keluarga f. Spiritualitas keluarga g. Kebiasaan dan budaya keluarga h. Konsep-konsep integritas lainnya 5. Proses kesehatan a. Keyakinan kesehatan keluarga dan keyakianan terhadap permasalahan dan focus perhatian kesehatan keluarga b. Perilaku kesehatan dan upaya pengelolaan kesehatan c. Tanggung jawab mengasuh anggota keluarga d. Kondisi pendyakit uapay pengobatan dan akibatnya bagi keluarga e. Stressor kesakitan pada keluarga f. Hubungan dengan petugas kesehatan dan aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan Perkembangan, koping, integritas dan kesehatan serta gaya hidup yang membangun kehidupan keluarga yang sehat. Dengan keberhasilan dari setiap individu, maka suatu keluarga akan menjadi bersih dan sehat. Oleh karena itu kesehatan keluarga sangat penting bagi kita baik secara individual, bersama maupun digolongan keluarg.a dengan pemeliharaan kesehatan tentunya kita mempunyai sedikit kemungkinan untuk terserang suatu penyakit. Adapun beberapa fungsi atau manfaat dari sebuah pemeliharaan kesehatan keluarga. Perilaku kesehatan keluarga : 1. Gaya hidup 2. Praktik dietik 3. Kebiasaan istirahat dan tidur keluarga 4. Kebiasaan latihan dan rekresasi keluarga 5. Perilaku pencarian pelayanan kesehatan/perlaku sakit 6. Perilaku perawatan kesehatan secara mandiri 7. Perilaku hygiene dan sanitasi lingkungan 8. Upaya pencegahan penyakit (medically based) 9. Kebiasaan perawatan kesehatan gigi. Tugas dan factor-faktor yang mendorong peningkatan kesehatan saat ini 1. Mengenal masalah 2. Mengambil keputusan 3. Melakukan perawatan dirumah 4. Memodofikasi lingkungan 5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan PERKEMBANGAN KELUARGA Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada system keluarga meliputi perubahn pola interaksi dan hubungan antar anggotany6a di sepanjang waktu. Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dnegan kurun waktu tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgere (Friedman, 1998, h. 111), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Pada makalah ini akan diuraikan perkembangan keluarga berdaarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman, 1998) Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru) Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (Suami) dan perempuan (Istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih banyak kita temui keluarga baru yang tinggal dengan orang tua, maka yang dimaksud dengan meninggalkan keluarga disini bukanlah secara fisik. Namun secara psikologis, keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru. Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya. Tugas perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada table 1. Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan I. Pasangan baru (Keluarga Baru) · Membina hubungan intim yang memuaskan · Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social · Mendiskusikan rencana memiliki anak Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri serta keluarga sendiri. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan masing-masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah anak yang diharapkan. Tahap II. Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama) Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting (table 2). Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan II. Keluarga “Child bearing (Kelahiran Anak Pertama) · Persiapan menjadi orang tua · Adaptasiu dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan · Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga sehingga pasangan harus beradaptasi dnegan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena focus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi berespon. Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai. Tahap III. Keluarga dengan Anak Prasekolah Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini dapat dilihat pada table 3. Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan III. Keluarga dengan anak prasekolah · Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa hormat. · Membantu anak untuk bersosialisasi · Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi · Mempertahankan hubungan yang sehat baik di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar) · Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot) · Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. · Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat tergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami, istri dan pekerjaan (purna waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan hubungan kerjasama antar suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai. Tahap IV. Keluarga dengan Anak Sekolah Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan IV. Keluarga dengan Anak Sekolah · Membantu sosialisasi anak, tetangga, sekolah dan lingkungan · Mempertahankan keintiman pasangan · Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,m termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas di sekolah maupun luar sekolah. Tahap V. Keluarga dengan Anak Remaja Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Seperti pada tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini keluarga memiliki tugas perkembangan yang dapat dilihat pada table 5. Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan V. Keluarga dengan anak remaja · Memberikan kebabasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya · Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga · Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan kecurigaan dan permusuhan · Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak. Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis. Tahap VI. Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan) Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Tugas perkembangan yang lebih rinci dapat dilihat pada table 6. Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan VI. Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan) · Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar · Mempertahankan keintiman pasangan · Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua · Membantu anak untuk mandiri di masyarakat · Pemantauan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada saat semua anak meninggalkan rumah. Pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa “kosong” karena anak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan dan tetap memelihara hubungan dengan anak. Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Untuk mengatasi hal tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas perkembangan berikut : Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan VII. Keluarga Usia Pertengahan · Mempertahankan kesehatan · Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak · Meningkatkan keakraban pasangan Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas : pola hidup yang sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup dan pekerjaan dan sebagainya. Pasangan juga mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar generasi (anak dan cucu) sehingga pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek-nenek. Hubungan antar pasangan perlu semakin dieratkan dengan memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-masing pasangan. Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan pension, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pension merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan social, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan. Dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orang tua mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut. Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan VIII. Keluarga Usia Lanjut · Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan · Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan · Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat · Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat · Melakukan “Live review” Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Lanjut usia umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut hasil riset Day and Day (1993). Wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih positif dalam memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang tinggal dengan teman-teman sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan “life review” dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu. Hal ini berguna agar orang tua merasakan bahwa hideupnya berkualitas dan berarti. BAB III KESIMPULAN Keluarga sebagai tempat pendidikan utama dan tempat membina hubungan interpersonal dengan lingkungan. Dari uraian di depan menunjukkan bahwa keluarga merupakan titik sentral pelayanan kesehatan kepada keluarga. Sekaligus dua kegiatan telah dilakukan yaitu memberi pelayanan pada individu dan masyarakat. Agar pelayanan kesehatan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus mengerti dan memahami tipe dan struktur keluarga. DAFTAR PUSTAKA - Fredman M. Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga. EGC: Jakarta. - Murwani, S.Kep, Ns, Arita, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga. Mitra Cendikia Press: Yogyakarta. - Murwani. S.Kep, Ns. Arita. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Fitramaya. Yogyakarta. KATA PENGANTAR Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan tugas Pengantar Konsep Dasar Keperawatan dengan sub pokok bahasan “Keperawatan Keluarga”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang dibebankan kepada kami. Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Arita Murwani sebagai dosen pengantar konsep dasar keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami, bias mengerti tentang konsep keluarga. Penulis menyadari dari makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.